I.
PENDAHULUAN

1.1.
Latar
belakang
Tumbuhan riparian yaitu beragam jenis tanaman yang dapat dijumpai di
daerah pesisir maupun tepi sungai, mulai dari jenis rerumputan, tanaman perdu,
dan pepohonan besar. Namun saat ini jumlah dan jenis vegetasi yang terdapat di
pinggiran perairan telah mengalami penurunan.
Tumbuhan riparian memiliki fungsi
yang sangat penting di daerah pesisir yaitu sebagai sumberdaya alam khas daerah
tropik dan sebagai penyambung dan penyeimbang ekosistem darat dan laut.
Bidang khusus synecology berkenaan dengan struktur dan klasifikasi komunitas
disebut phytosociology.
Komunitas
dapat disebut dan diklasifikasikan menurut bentuk atau sifat struktur utama,
misalnya jenis dominan; bentuk-bentuk hidup,
habitat fisik dari komunitas,
sifat atau tanda fungsional,
misalnya tipe metabolisme komunitas. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan
individu masing-masing
jenis (kemerataan) tidak berarti satu-satunya hal
yang terlibat di dalam keanekaragaman komunitas. Pengaruh populasi terhadap
komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada jenis tertentu dari
organisme yang terlibat, tetapi juga tergantung kepada jumlahnya atau kerapatan
populasinya.
1.2.
Tujuan
dan manfaat
Adapun
Tujuan dari pratikum tumbuhan riparian ini adalah untuk mengetahui gambaran
komunitas tumbuhan pada suatu daerah mulai dari jumlah jenis, distribusi jenis,
individu bentuk, tinggi tumbuhan, area, volume, laju pertumbuhan dan prioditas
lainnya kemudian untuk melihat keseimbangan perairan dengan tumbuhan riparian
di sekitar perairan tersebut. Adapun
manfaat dari pratikum ini adalah kita dapat mengetahui jenis keseragaman
tumbuhan pada suatu daerah dengan menggunakan beberapa metode .
II.
TINJAUAN
PUSTAKA

Beragam jenis
tanaman yang dapat dijumpai di daerah pesisir maupun tepi sungai, mulai dari
jenis rerumputan, tanaman perdu, dan pepohonan besar. Namun saat ini jumlah dan
jenis vegetasi yang terdapat di pinggiran perairan telah mengalami penurunan.
Padahal dari segi manfaat banyak sekali yang dapat di ambil dari keberadaan
vegetasi tumbuhan, antara lain dapat menghambat lajunya abrasi sungai dimana
vegetasi ini merupakan jalur hijau (green
belt) yang dapat berperan sebagai benteng bilogis penahan keutuhan tebing.
Selain itu,
berkat pola sistem peranakan dan perakaran serta dedaunan yang rimbun merupakan
tempat yang nyaman untuk berlindung bagi biota sungai. Tumbuhan riparian
sebagai sumberdaya alam khas daerah tropic, mempunyai fungsi strategis bagi
ekosistem, yaitu: sebagai penyambung dan penyeimbang ekosistem darat dan laut.
Tumbuh-tumbuhan, hewan dan berbagai nutrisi ditransfer ke arah darat atau laut
melalui tumbuhan yang hidup di sepanjang pinggiran perairan.
Bidang khusus
synecology berkenaan dengan struktur
dan klasifikasi komunitas diseebut phytosociology.
Ada dua kelompok ciri yaitu analitik dan sintetik yang dipelajari dalam suatu
komunitas pada waktu yang sama.
Ciri analitik
merupakan gambaran komunitas yang dapat diobservasi atau diukur langsung dalam
setiap tegakan, termasuk jenis dan jumlah jenis, distribusi jenis dan individu
bentuk, jumlah individu, tinggi tumbuhan, area, volume, laju pertumbuhan dan
priodisitas dan sebagainya. Ada dua aspek analisis vegetasi yakni: analisis
kuantitatif (ciri-ciri yang dapat diukur lebih mudah dari yang lain) dan
analisis kualitatif (ciri-ciri yang dapat dicatatkan dan tak dapat diukur).
Ciri sintetik adalah aspek komunitas yang didasarkan pada ciri-ciri analitis
dan penggunaan data yang diperoleh dalam analisis dari sejumlah tegakan.
2.1.Struktur kualitatif
komunitas tumbuhan
Struktur dan
komposisi komunitas tumbuhan dapat dicatat yang didasarkan pada pandangan mata
tanpa sampling dan pengukuran tertentu. Dalam ciri-ciri kualitatif perhitungan
floristik/kandungan jenis,stratifikasi,aspek sosiabilitas,aspek
interspesifik,bentuk-bentuk hidup dan spektrum biologis dan sebagainya
dipelajari dilapangan.
2.2.Analisis kuantitatif
komunitas tumbuhan
Beberapa metodologi
yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian,
yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik
beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat (Surasana, 2000).
Yang
digunakan saat praktikum adalah metode kuadrat dan metode titik.
1.
Metode kuadrat
Kuadrat merupakan suatu petak contoh untuk analisis
vegetasi secara detil.
Menurut Weaver dan
Clements (2004),
kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut
bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel
dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Metode
kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan
bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 2004).
Kelimpahan
setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu
persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan
frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 2000).
Kerapatan,
ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan
di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah
cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk
variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode
kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis
oleh (Braun Blanquet 2003).
Sedangkan
frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam
sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang
dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 2000).
Keragaman
spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu
atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies
yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks
keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas
adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah
bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 2000).
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan
antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total
dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table.
Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang
terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai
penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi
tersebut (Surasana, 2003).
2.
Metode Titik (Point Less/Point Methode)
Metode ini merupakan salah
satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu
luas kuadrat tertentu.
Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik yang
telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara random atau
merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan dengan
susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah
kompas).
Metode
ini sabgat efektif untuk sampling vegetasi ynag rendah,rapat dan membentuk
anyaman,yang tidak jelas batas satu dengan batas lainnya. Ujung titik
memungkinkan menunjuk secara tepat setiap jenis,meskipun dalam satu populasi
yang sangat rapat.
Parameter yang diperoleh adalah dominansi dan
frekuensi,kerapatan tidak diperoleh dengan metode ini.
III.
METOLOGI
PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Ekologi Perairan dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014, hari senin pukul 15.00-17.00 WIB.
Pengambilan dan pengukuran sampel dilakukan di lokasi penelitian yaitu sekitar
waduk fakultas perikanan dan ilmu kelautan.
3.2
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan untuk pengamatan serta perhitungan struktur komunitas tumbuhan yaitu
petak kuadran dan jarum titik sedangkan untuk perhitungannya menggunakan
kalkulator.
3.3
Metode Praktikum
Metode
yang dilakukan pada praktikum ini yaitu metode kuadarat dan metode titik. Objek praktikum yaitu
tumbuhan yang diambil di sekitar waduk Universitas Riau analisis perhitungannya
dilakukan dilaboratorium ekologi perairan.
3.4
Prosedur Praktikum
Adapun
prosedur praktikum yang dilaksanakan dengan menggunakan metode kuadrat dan
metode titik. Metode kutadrat yaitu dengan meletakkan plot persegi ke atas rerumputan
yang ada di halaman Laboratorium Ekologi Perairan, kemudian analisis, dan
hitung jumlah tumbuhan yang terdapat di plot tersebut. Sedangkan metode titik
yaitu dengan menancapkan kerangka yang mempunyai deretan jarum-jarum yang
bergerak sama ke atas rerumputan yang ada di halaman Laboratorium Ekologi
Perairan, kemudian analisis, dan hitung jumlah tumbuhan yang tertancap di
jarum- jarum tersebut.
Rumus
– rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.
Kerapatan
mutlak suatu jenis : jumlah individu jenis itu dalam petak contoh.

2. Dominansi mutlak suatu jenis : jumlah dari
nilai kelindungan atau nilai basal atau nilai biomassa atau volume dari jenis
itu

3. Frekuensi mutlak
suatu jenis =

4.
Nilai penting suatu jenis= Kerapatan nisbi +Dominansi nisbi + Frekuensi nisbi
5.
SDR suatu jenis = nilai penting / 3
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksakan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Perhitungan Kerapatan Nisbi
Jenis yang ditemukan
|
Jumlah yang ditemukan
(kerapatan mutlak jenis)
|
Kerapatan nisbi
|
A
|
29
|
26%
|
B
|
37
|
34%
|
C
|
34
|
31%
|
D
|
10
|
9%
|
Total
|
110
|
100%
|
Tabel 2. Hasil Perhitungan Frekuensi Nisbi
Jenis
yang ditemukan
|
Jumlah
petak contoh yang berisi
|
Frekuensi
mutlak jenis
|
Frekuensi
nisbi
|
A
|
5
|
5/5X100= 100
|
29%
|
B
|
5
|
5/5X100= 100
|
29%
|
C
|
4
|
4/5X100= 80
|
24%
|
D
|
3
|
3/5X100= 60
|
18%
|
Total
|
17
|
340
|
100%
|
Table
3. Hasil Perhitungan Dominasi Nisbi
Jenis
|
Jumlah yang ditemukan
|
Jumlah dominasi mutlak
|
Dominasi nisbi
|
A
|
29
|
131
|
131/508x100
= 26 %
|
B
|
37
|
185
|
185/508x100
= 36 %
|
C
|
34
|
119
|
119/508x100
= 23 %
|
D
|
10
|
73
|
73/508x100
= 14 %
|
Jumlah
|
110
|
508
|
100
%
|
4.2.Pembahasan
Jenis rumput ditemukan
antara lain rumput A, rumput B, rumput C dan rumput D, yang paling banyak
ditemukan adalah rumput B dan rumput yang paling jarang ditemukan adalah rumput
D.
Hasil analisa vegetasi
yang diperoleh berbagai harga parameter yaitu Kerapatan mutlak, kerapatan
nisbi, Frekuensi mutlak, Frekuensi nisbi, dominansi mutlak, indeks nilai
penting, dan SDR.
Nilai penting ini
memberi gambaran yang menyeluruh tentang kepentingan ekologi suatu jenis dalam
hubungan dengan struktur komunitas.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN

5.1.Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan yang telah diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
keragaman jenis tumbuhan riparian khsusnya di sekitar waduk fakultas perkanan
dan ilmu kelautan universitas riau tergolong masih seimbang. Hal ini didasarkan
pada hasil deri metode kuadrat dan titik.
5.2.Saran
Meskipun
tingkat keberagaan tanaman di sekitar waduk masih tergolong seimbang, kita
tetap harus menjaga kelestarian dari tanaman itu. Bahkan kalau perlu kita
tingkatkan lagi dengan memperkatikan keberadaan vegetasi tumbuhan demi pelestarian dan pemanfaat serta penyebaran spesies
tumbuhan yang merata. Sehingga terjadi keseimbangan lingkungan.
Hal ni dapat dilakukan dengan cari menebas rumput-rumput
atau pohon-pohon secara selektif dan berkala. Begitu juga dengan pelestariannya
atau penanaman tumbuhannya.

Daubenmire,R.F.1959.Plant and Environment. John Wiley
& Sons.,Inc,London
Fajri, Nur El dkk. 2013. Ekologi Perairan. Pekanbaru
: Universitas Riau
Michael, P.
1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press.
Odum, H.T. 1971.Fundamental of
Ecology. Third Ed..W.B. Saunders & Co.,Philadelphia
Penuntun Praktikum Ekologi Perairan.
FAPERIKA. UNRI
Surasana,
Syafei Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Wilsie,C.V.1962.Crop
Adaptation and Distribution.W.H.Freeman and Coy,London,448 pp.

LAMPIRAN
- Alat - alat yang digunakan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar