I.
PENDAHULUAN

1.1.
Latar belakang
Perairan
umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi
air , baik air tawar , payau maupun air laut , mulai dari gari pasang surut
terendah ke arah daratan dan badan air terbentuk secara alami ataupun buatan.
Ekosistem perairan selalu mengalami perubahan kualitas dan kuantitas akibat
pengaruh variasi abiotik (Keeton, 2000).
Kualitas suatu perairan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan produktifitas fitoplankton, penurunan kualitas
perairan akan mnyebabkan penurunan kelimpahan fitoplankton yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap kelayakan suatu perairan untuk kegiatan perikanan.
Air
merupakan bagian yang esensial dari protoplasma, dan dapat pula dikatakan bahwa
semua jenis kehidupan bersifat akuatik. Dalam prakteknya, suatu habitat akuatik
apabila mediumnya baik eksternal maupun internalnya adalah air.
Masing-masing
habitat mempunyai ciri-ciri tersendiri dan adanya perubahan lingkungan dimana
habitat itu tinggal, maka akan menyebabkan jumlah jenis dari kelimpahan
organisme yang hidup di dalamnya berbeda-beda. Walaupun mempunyai lingkungan
hidup yang berbeda-beda, tetapi pada masing-masing habitat tersebut terdapat
interaksi antara factor biotik dan abiotik
Benthos
adalah organisme yang hidup di bahagian dasar perairan dan menetap di sana.
Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan menjadi tiga, yakni Microfauna,
Meiofauna, dan Macrofauna
Benthos
selalu terdapat dalam suatu group yang mempunyai sifat-sifat yang khas yang
lebih dikenal sebagai komunitas yang berhubungan dengan kondisi lingkungan
hidup yang spesifik. Komunitas ini biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis
hewan yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominan.
Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur.
Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau
kerangka bentos. Jika timbunannya sangat banyak rumah-rumah binatang karang ini
akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran di pantai yang terdiri dari batu
karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk
cincin atau bulan sabit (Keeton, 2000).
1.2.
Tujuan dan manfaat
Adapun
tujuan dari praktikum benthos ini adalah untuk mengetahui kelimpahan, indeks
keragaman jenis, indeks keanekaragaman,tingkat dominansi dan indeks keseragaman
benthos pada perairan khususnya pada perairan waduk Universitas Riau. Sedangkan
manfaat dari dilaksanakannya praktikum benthos ini adalah mahasiswa dapat mengetahui kondisi perairan yang di amati, serta
nantinya pratikan dapat mengetahui perairan yang masih baik dan yang sudah
tercemar.
II.
TINJAUAN PUSTAKA

Benthos adalah
organisme yang hidup di bahagian dasar perairan dan menetap di sana.
Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan menjadi tiga, yakni Microfauna,
Meiofauna, dan Macrofauna (Siagian, 2001).
Benthos selalu terdapat
dalam suatu group yang mempunyai sifat-sifat yang khas yang lebih dikenal
sebagai komunitas yang berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang
spesifik. Komunitas ini biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan yang
disertai oleh organisme yang bersifat sub dominant.
Bentos adalah organisme perairan yang hidupnya berasosiasi dengan dasar
perairan. Dia dapat hidup pada dan didalam dasar perairan. Gerakannya sangat
terbatas pada perairan sehingga dia sangat baik dijadikan indikator biologi
untuk menerangkan atau menunjukkan kondisi perairan apakah perairan itu
tercemar atau tidak.
Hehanusa (2001) Bentos adalah organisme yang hidup di permukaan atau di
dalam sedimen dasar di suatu badan air.
Benthos adalah organisme (
fitobenthos atau hewani atao zoobenthos) yang hidup atau tinggal didalam dan
diatas sediment didasar suatu perairan ( penuntun buku pratikum, 2008)
Organisme benthos ini meliputi
jenis- jenis dari kelompok protozoa, sponge, coelentrata, rotifera dan lainnya.
Keberadaan hewan ini dipengaruhi oleh kondisi fisik, disamping itu juga
dipengaruhi oeh factor kimia dan factor biologi (Haryani. S, 2001).
Hehanusa (2000) benthos adalah
organisme yang hidup dipermukaan atau didalam sediment dasar suatu badan air.
Berdasarkan ukurannya, benthos dikelompokan menjadi 3 yaitu: mikrobenthos,
meiobenthos, makrobenthos.
Dilihat dari segi makanannya, bahwa
makrobenthos dapat bersifat autochthonous dan bersifat allotochthonous. Sumbr
makanan organic berasal dari vegetasi tepian sungai yang jatuh dan langsung
masuk krdalam sungai, maupun yang sudah diproses didarat dan langsung masuk
kedalam sungai melalui air permukaan dan melalui air tanah.
Menurut (Santika, 2000) benthos
merupakan brbagai jenis organisme yang mendiami suatu perairan . Benthos yang
hidup diatas dasar perairan disebut dengan epifauna, sedangkan benthos yang
hidup membenamkan diri atau membuat lubang pada substrat lunak disebut dengan
infauna.
Menurut Zahidin (2008)
makrozobenthos adalah hewan benthos yang tidak lolos dari ayakan dengan luas
mata saring 1 mm2.
Menurut Asriyanto (2000)
makrobenthos adalah hewan benthos yang tidak lolos dari ayakan dengan luas mata
saring 1 mm2. yang ternasuk kedalam makrobenthos antara lain
insekta, annelida, bivalva dan
gastropoda.
Dilihat dari segi
makanannya, Hutapea (2006) menyatakan bahwa makro zoobentahos dapat bersifat
autochthonous (misalnya vegetasi meti, periphiton, dan makrophita) dan bersifat
allotochthonous (misalnya vegetasi tepian sungai, limbah dan sampah dari
aktivitas manusia). Sumber makanan oirganik berasal dari vegetasi tepian sungai
yang jatuh dan langsung masuk ke dalam sungai, maupun yang telah diproses di
darat dan langsung masuk ke dalam sungai melalui air permukaan dan melalui air
tanah.
III.
METODOLOGI
PRAKTIKUM

3.1.
Waktu
dan tempat
Praktikum
benthos ini dilakukan pada tanggal 4 April 2013 pukul 13.00 s/d 16.45 WIB yang
bertempat di laboratorium ekologi perairan dan manajemen lingkungan peraiaran
fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Riau.
3.2.
Bahan
dan alat
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
1. Ember
2. Pipa
paralon
3. Cawan
petri
4. Ayakan/saringan
Adapun
bahan-bahan yang digunakan yaitu:
1. Dasar
perairan waduk(lumpur)
3.3.
Metode
praktikum
Metode yang dilakukan pada
praktikum benthos kali ini ialah metode tangkap segera. Setelah sampel
ditemukan selanjutnya sampel di analisa di laboratorium.
3.4.
Prosedur
Pertama masukkan pipa paralon ke
dasar perairan (waduk) dengan posisi miring, lalu tekan pipa tersebut hingga tenggelam
kedasar sekitar 50 cm. Kemudian angkat pipa paralon dan dasar perairan
yang berua lumpur atau berpasir tersebut disaring menggunakan ayakan.
Selanjutnya cari organism yang terdapat pada tanah itu, setelah ditemukan
letakkan sampel di cawan petri. Ulangi prosedur diatas sebanyak tiga kali.
Setelah sampel didapat selanjutnya dibawa ke laboratuium untuk dianalisa.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN

4.1.
Hasil
Tabel 1. Hasil Perhitungan Kelimpahan Benthos
Jenis yang
ditemukan
|
Jumlah
ditemukan
(sel atau
individu*)
|
Nilai
kelimpahan
(N)
Sel/m² atau
Ind/m²*
|
1.
A
|
3
|
62
|
2.
B
|
2
|
41
|
Tabel 2. Hasil Perhitungan Indeks Keseragaman
No.
|
Indeks
|
Nilai
|
1.
|
H’
|
0.96
|
2.
|
C’
|
0,52
|
3.
|
E
|
0,96
|
4.2.
Pembahasan
Sebagai organisme yang hidupnya cenderung menetap di dasar
perairan, maka pemanfaatan makrozoobentos untuk mengetahui kualitas perairan,
akan dapat memberikan gambaran kondisi perairan yang lebih tepat. Namun dalam
hal ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya proses
pengambilan makrozoobentos dan pengidentifikasian. Penentuan kualitas perairan
dengan menggunakan makrozoobentos dapat dilakukan dengan menghitung tingkat
keanekaragaman, keseragaman dan dominansi serta dengan menggunakan model-model
kelimpahan. Adapun untuk melihat keterkaitannya dengan faktor fisika-kimia
perairan dapat dilakukan dengan pengujian secara regresi atau melalui analisa
komponen utama.
Diantara
sederetan nama jenis yang membentuk suatu komunitas mungkin hanya beberapa
jenis saja yang terdapat dalam jumlah individu yang banyak dan jenis-jenis
lainnya hanya terdapat dalam jumlah yang terbatas.
Habitat air
tawar dan habitat esturia maupun habitat air laut kekayaan jenis organismenya
tidak sama. Hal ini terjadi karena kondisi lingkungannya yang berbeda satu sama
lainnya. Untuk melihat kekayaan jenis ini dapat dilihat dari nilai indeks
keragaman jenis dalam suatu komunitas. Semakin baik kondisi lingkungannya maka
kekayaan jenisnya semakin tinggi.
Suatu komunitas
yang mengandung relatif sedikit individu dari banyak spesies mempunyai indeks
keragaman yang lebih tinggi daripada suatu komunitas yang mempunyai banyak
individu dari jenis yang lebih sedikit.
Untuk melihat
kekayaan jenis ini dapat dilihat dari indeks diversitinya (indeks keragaman
jenis) pada masing-masing ekosistem yang berguna untuk membandingkan komunitas-komunitas
pada suatu ekosistem serta membandingkan antara satu ekosistem dengan ekosistem
lainnya.
Menurut Wilhm dan Dorris ( Penuntun Praktikum Ekologi Perairan,
2014 : 24 )
ü d (H’) :
> 3 maka perairannya belum tercemar
ü d (H’) :
1 s/d 3 maka perairannya tercemar ringan
ü d (H’) :
< 1 maka perairannya tercemar berat
Menurut Staub et al dalam Wihlm (Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014 : 24 ) :
ü d (H’) :
3 s/d 4,5 maka perairannya belum tercemar
ü d (H’) :
2 s/d 3,0 maka perairannya tercemar ringan
ü d (H’) :
1 s/d 2,0 maka tingkat pencemaran perairannya sedang
ü d (H’) :
0 s/d 1,0 maka perairannya tercemar berat
Menurut Weiner (Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014
: 25 ) :
Jika
H’ < 1 : rendah, artinya
keragaman rendah dengan sebaran
individu tidak merata
individu tidak merata
Jika
1 < H’ < 3 :
sedang, artinya keragaman sedang dengan sebaran
individu sedang
individu sedang
Jika
H’ > 3 : tinggi, artinya
keragaman tinggi dengan sebaran
individu tinggi
individu tinggi
Dengan demikian :
·
Jika
d (H’) < 1 maka sebaran individu tidak merata (keragamannya rendah) berarti
lingkungan perairan tersebut telah mengalami gangguan (tekanan) yang cukup
besar, atau struktur komunitas organisme di perairan tersebut jelek.
·
Jika
1 < d (H’) < 3 maka sebaran individu sedang (keragamannya sedang) berarti
perairan tersebut mengalami tekanan (gangguan) yang sedang atau struktur
komunitas organisme yang ada sedang.
·
Jika
d (H’) > 3 maka sebaran individu tinggi atau keragamannya tinggi
berarti lingkungan tersebut belum mengalami gangguan (tekanan) struktur organisme
yang ada berada dalam keadaan baik.
Dari hasil pengamatan yang di dapat bahwa,
nilai H’ dari perairan tersebut adalah 0,96. Jadi, keragaman jenis yang ada di
perairan tersebut adalah berat (Keragaman tidak merata). Artinya lingkungan perairan tersebut telah mengalami gangguan (tekanan)
yang berat, atau struktur
komunitas organisme di perairan tersebut tidak merata.
Keragaman
jenis dipengaruhi oleh :
1.
Kondisi
lingkungan (iklim) semakin sesuai kondisi lingkungan keragaman jenis semakin
tinggi atau semakin kaya jenisnya.
2.
Semakin
baik lingkungannya semakin banyak keragamannya (semakin kaya jenisnya).
3.
Adanya
pergantian musim dapat mempengaruhi keragaman jenis.
4.
Kondisi
makanan dapat mempengaruhi keragaman jenis.
Jenis-jenis yang dominan ini paling banyak
jumlahnya, paling tinggi biomasanya, menempati paling banyak ruang, paling
berperan dalam aliran energi dan siklus hara atau dengan kata lain menguasai
anggota-anggota lai dari komunitas.
Jenis yang dominan ialah jenis-jenis yang
dapat menempatkan (memanfaatkan) sumberdaya dan lingkungan yang ada lebih
efisien dibandingkan dengan jenis-jenis lain.
Nilai C (indeks dominasi) jenis ini antara
0-1. Apabila niali C mendekati 0 berarti tidak ada jenis yang mendominasi dan
apabila nilai C mendekati 1 berarti ada jenis yang dominan muncul diperairan
tersebut.
Dari hasil pengamatan yang di dapat, bahwa
nilai C dari perairan tersebut adalah 0,52. Jadi, indeks dominasi jenis yang ada diperairan
tersebut tidak ada yang mendominasi.
Tujuan dari menghitung keseragaman jenis yaitu
untuk melihat apakah spesies yang ada pada suatu ekosistem berada dalam keadaan
seimbang atau tidak, serta bertujuan untuk melihat apakah terjadi persaingan
pada ekosistem tersebut.
Menurut Weber mengenai E adalah sebagai berikut (Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014
: 24 ) :
Apabila nilai E mendekati 1 (> 0,5)
berarti keseragaman organisme dalam suatu perairan berada dalam keadaan
seimbang, berarti tidak terjadi persaingan baik terhadap tempat maupun
terhadapa makanan.
Apabila
nilai E berada < 0,5 atau mendekati 0, berarti keseragaman jenis organisme
dalam perairan tersebut tidak seimbang, dimana terjadi persaingan baik pada
tempat maupun makanan.
Dari
hasil pengamatan yang di dapat, bahwa keseragaman jenis (E) tersebut adalah 0,96.
Jadi, indeks keseragaman jenis yang ada diperairan tersebut adalah seimbang. Dimana pada perairan
tersebut tidak terjadi persaingan, baik terhadap tempat maupun terhadap
makanan.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu tingkat
keberagaman jenis di waduk sedang, gangguan sedang, tidak ada jenis yang
menjadi dominansi, dan tingkat keberagaman tinggi sehingga tidak ada persaingan
yang ketat dalam hal tempat atau makanan.
5.2.
Saran
Saat
melakukan pengambilan sampel benthos senaiknya dilakukan dengan teliti terutama
saat penyaringan substrat menggunakan ayakan, karena organism-organisme yang
hidup di dasar periaran itu berukuran relatif kecil, sehingga sangat dituntut
ketelitiannya.

Adriman,
2006. Penuntun pratikum ekologi perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru
Davis,
C.C.
1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University
Press. New York. 526 p.
Hehanussa, P dan Hariyani S. 2001. Kamus Limnologi Perairan Darat.
IHP UNESCO.Ntac, 1986. Water Quality Criteria. FWPCA. Washington. DC.234 hal
Odum,
E.P.,1971.
Fundamental of Ecology. Third
Ed.,W.B. Saunders&Co.,Philadelphia
Siagian,
M.
2004. Diktat Kuliah dan Penuntun Ekologi Perairan.Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru. 94 hal
Sihotang, C., 1988. Limnologi
I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI, Pekanbaru. 64 hal. (Tidak
diterbitkan).

LAMPIRAN


Cawan petri pipa paralon


Ember ayakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar