Jumat, 18 Juli 2014

bentos



I.                   PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi air , baik air tawar , payau maupun air laut , mulai dari gari pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air terbentuk secara alami ataupun buatan. Ekosistem perairan selalu mengalami perubahan kualitas dan kuantitas akibat pengaruh variasi abiotik (Keeton, 2000).
Kualitas suatu perairan sangat berpengaruh terhadap kemampuan produktifitas fitoplankton, penurunan kualitas perairan akan mnyebabkan penurunan kelimpahan fitoplankton yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kelayakan suatu perairan untuk kegiatan perikanan.
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma, dan dapat pula dikatakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat akuatik. Dalam prakteknya, suatu habitat akuatik apabila mediumnya baik eksternal maupun internalnya adalah air.
Masing-masing habitat mempunyai ciri-ciri tersendiri dan adanya perubahan lingkungan dimana habitat itu tinggal, maka akan menyebabkan jumlah jenis dari kelimpahan organisme yang hidup di dalamnya berbeda-beda. Walaupun mempunyai lingkungan hidup yang berbeda-beda, tetapi pada masing-masing habitat tersebut terdapat interaksi antara factor biotik dan abiotik
Benthos adalah organisme yang hidup di bahagian dasar perairan dan menetap di sana. Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan menjadi tiga, yakni Microfauna, Meiofauna, dan Macrofauna
Benthos selalu terdapat dalam suatu group yang mempunyai sifat-sifat yang khas yang lebih dikenal sebagai komunitas yang berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Komunitas ini biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominan.
Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka bentos. Jika timbunannya sangat banyak rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit (Keeton, 2000).

1.2. Tujuan dan manfaat
            Adapun tujuan dari praktikum benthos ini adalah untuk mengetahui kelimpahan, indeks keragaman jenis, indeks keanekaragaman,tingkat dominansi dan indeks keseragaman benthos pada perairan khususnya pada perairan waduk Universitas Riau. Sedangkan manfaat dari dilaksanakannya praktikum benthos ini adalah mahasiswa dapat mengetahui kondisi perairan yang di amati, serta nantinya pratikan dapat mengetahui perairan yang masih baik dan yang sudah tercemar.


II.                TINJAUAN PUSTAKA
Benthos adalah organisme yang hidup di bahagian dasar perairan dan menetap di sana. Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan menjadi tiga, yakni Microfauna, Meiofauna, dan Macrofauna (Siagian, 2001).
Benthos selalu terdapat dalam suatu group yang mempunyai sifat-sifat yang khas yang lebih dikenal sebagai komunitas yang berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Komunitas ini biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominant.
Bentos adalah organisme perairan yang hidupnya berasosiasi dengan dasar perairan. Dia dapat hidup pada dan didalam dasar perairan. Gerakannya sangat terbatas pada perairan sehingga dia sangat baik dijadikan indikator biologi untuk menerangkan atau menunjukkan kondisi perairan apakah perairan itu tercemar atau tidak.
Hehanusa (2001) Bentos adalah organisme yang hidup di permukaan atau di dalam sedimen dasar di suatu badan air.
Benthos adalah organisme ( fitobenthos atau hewani atao zoobenthos) yang hidup atau tinggal didalam dan diatas sediment didasar suatu perairan ( penuntun  buku pratikum, 2008)
Organisme benthos ini meliputi jenis- jenis dari kelompok protozoa, sponge, coelentrata, rotifera dan lainnya. Keberadaan hewan ini dipengaruhi oleh kondisi fisik, disamping itu juga dipengaruhi oeh factor kimia dan factor biologi (Haryani. S, 2001).
Hehanusa (2000) benthos adalah organisme yang hidup dipermukaan atau didalam sediment dasar suatu badan air. Berdasarkan ukurannya, benthos dikelompokan menjadi 3 yaitu: mikrobenthos, meiobenthos, makrobenthos.
Dilihat dari segi makanannya, bahwa makrobenthos dapat bersifat autochthonous dan bersifat allotochthonous. Sumbr makanan organic berasal dari vegetasi tepian sungai yang jatuh dan langsung masuk krdalam sungai, maupun yang sudah diproses didarat dan langsung masuk kedalam sungai melalui air permukaan dan melalui air tanah.
Menurut (Santika, 2000) benthos merupakan brbagai jenis organisme yang mendiami suatu perairan . Benthos yang hidup diatas dasar perairan disebut dengan epifauna, sedangkan benthos yang hidup membenamkan diri atau membuat lubang pada substrat lunak disebut dengan infauna.
Menurut Zahidin (2008) makrozobenthos adalah hewan benthos yang tidak lolos dari ayakan dengan luas mata saring 1 mm2.
Menurut Asriyanto (2000) makrobenthos adalah hewan benthos yang tidak lolos dari ayakan dengan luas mata saring 1 mm2. yang ternasuk kedalam makrobenthos antara lain insekta, annelida, bivalva dan gastropoda. 
Dilihat dari segi makanannya, Hutapea (2006) menyatakan bahwa makro zoobentahos dapat bersifat autochthonous (misalnya vegetasi meti, periphiton, dan makrophita) dan bersifat allotochthonous (misalnya vegetasi tepian sungai, limbah dan sampah dari aktivitas manusia). Sumber makanan oirganik berasal dari vegetasi tepian sungai yang jatuh dan langsung masuk ke dalam sungai, maupun yang telah diproses di darat dan langsung masuk ke dalam sungai melalui air permukaan dan melalui air tanah.  
III.             METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.      Waktu dan tempat
              Praktikum benthos ini dilakukan pada tanggal 4 April 2013 pukul 13.00 s/d 16.45 WIB yang bertempat di laboratorium ekologi perairan dan manajemen lingkungan peraiaran fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Riau.
3.2.      Bahan dan alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
1.      Ember
2.      Pipa paralon
3.      Cawan petri
4.      Ayakan/saringan
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu:
1.      Dasar perairan waduk(lumpur)
3.3.      Metode praktikum
              Metode yang dilakukan pada praktikum benthos kali ini ialah metode tangkap segera. Setelah sampel ditemukan selanjutnya sampel di analisa di laboratorium.



3.4.      Prosedur
              Pertama masukkan pipa paralon ke dasar perairan (waduk) dengan posisi miring, lalu tekan pipa tersebut hingga tenggelam kedasar sekitar 50 cm. Kemudian angkat pipa paralon dan dasar perairan yang berua lumpur atau berpasir tersebut disaring menggunakan ayakan. Selanjutnya cari organism yang terdapat pada tanah itu, setelah ditemukan letakkan sampel di cawan petri. Ulangi prosedur diatas sebanyak tiga kali. Setelah sampel didapat selanjutnya dibawa ke laboratuium untuk dianalisa.












IV.              HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.       Hasil
 Tabel 1. Hasil Perhitungan Kelimpahan Benthos

Jenis yang ditemukan
Jumlah ditemukan
(sel atau individu*)
Nilai kelimpahan
(N)
Sel/m² atau Ind/m²*
1.       A
3
62
2.      B
2
41

Tabel 2. Hasil Perhitungan Indeks Keseragaman
No.
Indeks
Nilai
1.       
H’
0.96
2.       
C’
0,52
3.       
E
0,96

4.2.         Pembahasan
Sebagai organisme yang hidupnya cenderung menetap di dasar perairan, maka pemanfaatan makrozoobentos untuk mengetahui kualitas perairan, akan dapat memberikan gambaran kondisi perairan yang lebih tepat. Namun dalam hal ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya proses pengambilan makrozoobentos dan pengidentifikasian. Penentuan kualitas perairan dengan menggunakan makrozoobentos dapat dilakukan dengan menghitung tingkat keanekaragaman, keseragaman dan dominansi serta dengan menggunakan model-model kelimpahan. Adapun untuk melihat keterkaitannya dengan faktor fisika-kimia perairan dapat dilakukan dengan pengujian secara regresi atau melalui analisa komponen utama.
Diantara sederetan nama jenis yang membentuk suatu komunitas mungkin hanya beberapa jenis saja yang terdapat dalam jumlah individu yang banyak dan jenis-jenis lainnya hanya terdapat dalam jumlah yang terbatas.
Habitat air tawar dan habitat esturia maupun habitat air laut kekayaan jenis organismenya tidak sama. Hal ini terjadi karena kondisi lingkungannya yang berbeda satu sama lainnya. Untuk melihat kekayaan jenis ini dapat dilihat dari nilai indeks keragaman jenis dalam suatu komunitas. Semakin baik kondisi lingkungannya maka kekayaan jenisnya semakin tinggi.
Suatu komunitas yang mengandung relatif sedikit individu dari banyak spesies mempunyai indeks keragaman yang lebih tinggi daripada suatu komunitas yang mempunyai banyak individu dari jenis yang lebih sedikit.
Untuk melihat kekayaan jenis ini dapat dilihat dari indeks diversitinya (indeks keragaman jenis) pada masing-masing ekosistem yang berguna untuk membandingkan komunitas-komunitas pada suatu ekosistem serta membandingkan antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya.
Menurut Wilhm dan Dorris ( Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014 : 24 )
ü  d (H’)   : > 3 maka perairannya belum tercemar
ü  d (H’)   : 1 s/d 3 maka perairannya tercemar ringan
ü  d (H’)   : < 1 maka perairannya tercemar berat
Menurut Staub et al dalam Wihlm (Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014 : 24 ) :
ü  d (H’)   : 3 s/d 4,5 maka perairannya belum tercemar
ü  d (H’)   : 2 s/d 3,0 maka perairannya tercemar ringan
ü  d (H’)   : 1 s/d 2,0 maka tingkat pencemaran perairannya sedang
ü  d (H’)   : 0 s/d 1,0 maka perairannya tercemar berat
Menurut Weiner (Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014 : 25 ) :
Jika H’ < 1             : rendah, artinya keragaman rendah dengan sebaran
                                         individu tidak merata
Jika 1 < H’ < 3       : sedang, artinya keragaman sedang dengan sebaran
                                         individu sedang
Jika H’ > 3             : tinggi, artinya keragaman tinggi dengan sebaran
                                         individu tinggi
Dengan demikian :
·                    Jika d (H’) < 1 maka sebaran individu tidak merata (keragamannya rendah) berarti lingkungan perairan tersebut telah mengalami gangguan (tekanan) yang cukup besar, atau struktur komunitas organisme di perairan tersebut jelek.
·                    Jika 1 < d (H’) < 3 maka sebaran individu sedang (keragamannya sedang) berarti perairan tersebut mengalami tekanan (gangguan) yang sedang atau struktur komunitas organisme yang ada sedang.
·                    Jika d (H’) > 3 maka sebaran individu tinggi atau keragamannya tinggi berarti lingkungan tersebut belum mengalami gangguan (tekanan) struktur organisme yang ada berada dalam keadaan baik.
Dari hasil pengamatan yang di dapat bahwa, nilai H’ dari perairan tersebut adalah 0,96. Jadi, keragaman jenis yang ada di perairan tersebut adalah berat (Keragaman tidak merata). Artinya lingkungan perairan tersebut telah mengalami gangguan (tekanan) yang berat, atau struktur komunitas organisme di perairan tersebut tidak merata.
Keragaman jenis dipengaruhi oleh :
1.                  Kondisi lingkungan (iklim) semakin sesuai kondisi lingkungan keragaman jenis semakin tinggi atau semakin kaya jenisnya.
2.                  Semakin baik lingkungannya semakin banyak keragamannya (semakin kaya jenisnya).
3.                  Adanya pergantian musim dapat mempengaruhi keragaman jenis.
4.                  Kondisi makanan dapat mempengaruhi keragaman jenis.
Jenis-jenis yang dominan ini paling banyak jumlahnya, paling tinggi biomasanya, menempati paling banyak ruang, paling berperan dalam aliran energi dan siklus hara atau dengan kata lain menguasai anggota-anggota lai dari komunitas.
Jenis yang dominan ialah jenis-jenis yang dapat menempatkan (memanfaatkan) sumberdaya dan lingkungan yang ada lebih efisien dibandingkan dengan jenis-jenis lain.
Nilai C (indeks dominasi) jenis ini antara 0-1. Apabila niali C mendekati 0 berarti tidak ada jenis yang mendominasi dan apabila nilai C mendekati 1 berarti ada jenis yang dominan muncul diperairan tersebut.
Dari hasil pengamatan yang di dapat, bahwa nilai C dari perairan tersebut adalah 0,52. Jadi, indeks dominasi jenis yang ada diperairan tersebut tidak ada yang mendominasi.
Tujuan dari menghitung keseragaman jenis yaitu untuk melihat apakah spesies yang ada pada suatu ekosistem berada dalam keadaan seimbang atau tidak, serta bertujuan untuk melihat apakah terjadi persaingan pada ekosistem tersebut.
Menurut Weber mengenai E adalah sebagai berikut (Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2014 : 24 ) :
Apabila nilai E mendekati 1 (> 0,5) berarti keseragaman organisme dalam suatu perairan berada dalam keadaan seimbang, berarti tidak terjadi persaingan baik terhadap tempat maupun terhadapa makanan.
            Apabila nilai E berada < 0,5 atau mendekati 0, berarti keseragaman jenis organisme dalam perairan tersebut tidak seimbang, dimana terjadi persaingan baik pada tempat maupun makanan.
            Dari hasil pengamatan yang di dapat, bahwa keseragaman jenis (E) tersebut adalah 0,96. Jadi, indeks keseragaman jenis yang ada diperairan tersebut adalah seimbang. Dimana pada perairan tersebut tidak terjadi persaingan, baik terhadap tempat maupun terhadap makanan.



V.                 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu tingkat keberagaman jenis di waduk sedang, gangguan sedang, tidak ada jenis yang menjadi dominansi, dan tingkat keberagaman tinggi sehingga tidak ada persaingan yang ketat dalam hal tempat atau makanan.
5.2.      Saran
            Saat melakukan pengambilan sampel benthos senaiknya dilakukan dengan teliti terutama saat penyaringan substrat menggunakan ayakan, karena organism-organisme yang hidup di dasar periaran itu berukuran relatif kecil, sehingga sangat dituntut ketelitiannya.








DAFTAR PUSTAKA
Adriman, 2006. Penuntun pratikum ekologi perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru
Davis, C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press. New York. 526 p.
Hehanussa, P dan Hariyani S. 2001. Kamus Limnologi Perairan Darat. IHP UNESCO.Ntac, 1986. Water Quality Criteria. FWPCA. Washington. DC.234 hal
Odum, E.P.,1971. Fundamental of Ecology. Third Ed.,W.B. Saunders&Co.,Philadelphia
Siagian, M. 2004. Diktat Kuliah dan Penuntun Ekologi Perairan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru. 94 hal
Sihotang, C., 1988. Limnologi I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI, Pekanbaru. 64 hal. (Tidak diterbitkan).






 






LAMPIRAN




Foto0353.jpg                                       Foto0354.jpg
       Cawan petri                                                                       pipa paralon

Foto0355.jpg                                         Foto0356.jpg
            Ember                                                                          ayakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar